Ketahuilah
bahwa kenikmatan dan segala kebahagiaan yang dicipta oleh Allah
subhanahu wata’ala terbagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan di
dunia dan kenikmatan di akhirat. Dan sungguh beruntung mereka yang
menjadikan kenikmatan di dunia sebagai pembuka kenikmatan di akhirat
kelak, sebaliknya merugilah mereka yang menjadikan kenikmatan dunia
sebagai alat untuk melewati kehidupan yang membuat mereka jauh atau
bahkan melupakan Allah subhanahu wata’ala karena terlarut hanya dalam
kenikmatan dunia, sehingga mereka menghadapi kehidupan dunia yang fana
dengan penuh kenikmatan, dan kehidupan akhirat yang kekal akan dihadapi
dalam kehinaan, wal’iyadzubillah (semoga Allah melindungi dan
menjauhkan kita dari hal tersebut).
Senantiasalah ingat akan firman Allah subhanahu wata’ala:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ
فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
( آل عمران : 185 )
“Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat
sajalah disempurnakan pahalamu. Barang siapa dijauhkan dari neraka dan
dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan
dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan”. ( QS. Ali
Imran : 185 )
Kehidupan
dunia hanyalah kehidupan fana yang penuh dengan permainan, sandiwara
dan tipuan-tipuan belak. Maka dalam kehidupan fana yang penuh dengan
permainan dan tipuan ini, Allah subhanahu wata’ala menerbitkan matahari
penerang kehidupan, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
yang mana telah Allah sebutkan dalam Al qur’an sebagai “ Penyeru kepada Allah dan pelita yang terang benderang”, sebagaimana firmanNya :
وَدَاعِيًا إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيرًا
( الأحزاب : 46 )
“Dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi”. ( QS. Al Ahzab : 46 )
Beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam adalah penyeru manusia ke jalan Allah
subhanahu wata’ala dan sebagai pelita yang terang benderang, yang
menerangi kehidupan kita dan menyejukkan sanubari kita serta
mempermudah segala kesulitan dalam kehidupan kita. Allah subhanahu
wata’ala berfirman :
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا
( الطلاق : 2 )
“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” ( QS. At Thalaq: 2 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْرًا
( الطلاق : 4 )
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan
baginya kemudahan dalam urusannya.” ( QS. At Thaalaq : 4 )
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا
( الطلاق : 5 )
“Dan
barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus
kesalahan-kesalahannya dan akan melipat gandakan pahala baginya.” ( QS.
At Thaalaq : 5 )
Dan
bagaimana cara kita bertakwa kepada Allah subhanahu wata’ala, panutan
kita dalam hal ini adalah pimpinan kita sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, yang membawa kita kepada keluhuran dan kemudahan,
membawa kita kepada ketenangan, membawa kita kepada kesejukan dan
kesejahteraan di dunia dan akhirat, maka panutlah beliau dalam
menghadapi kehidupan kita di dunia ini.
Sampailah kita pada hadits luhur:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:مَرَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِقَبْرَيْنِ فَقَالَ : إِنَّهُمَا لَيُعَذَّبَانِ وَمَا
يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ أَمَّا أَحَدُهُمَا فَكَانَ لَا يَسْتَتِرُ مِنْ
الْبَوْلِ وَأَمَّا الْآخَرُ فَكَانَ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ ثُمَّ أَخَذَ
جَرِيدَةً رَطْبَةً فَشَقَّهَا نِصْفَيْنِ فَغَرَزَ فِي كُلِّ قَبْرٍ
وَاحِدَةً قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ لِمَ فَعَلْتَ هَذَا قَالَ
لَعَلَّهُ يُخَفِّفُ عَنْهُمَا مَا لَمْ يَيْبَسَا
(صحيح البخاري)
“Dari Ibn Abbbas Ra berkata, Nabi SAW melewati dua kuburan dan
bersabda: “Sungguh keduanya tersiksa, dan bukan tersiksa sebab dosa
yang sangat besar, namun salah satunya tidak menutup aurat (membuka
auratnya dihadapan orang lain) saat buang air kecil, dan yang satunya
sering mengadu domba orang lain, lalu beliau SAW mengambil sehelai daun
yang masih segar, dan membelahnya menjadi dua, dan menaruhnya
masing-masing helai di masing masing kubur tersebut, maka orang orang
bertanya: Wahai Rasulullah, untuk apa engkau perbuat itu?, maka beliau
SAW bersabda: semoga diringankan untuk keduanya sebelum potongan daun
ini mengering” (Shahih Bukhari)
Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam suatu waktu melewati dua kuburan, kemudian
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa kedua penghuni
kuburan tersebut sedang disiksa di dalam kuburan mereka, hal ini
menunjukkan bahwa beliau mengetahui dan mendengar siksa kubur. Dan
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka tidaklah
disiksa sebab perbuatn dosa besar, kemudian beliau mengambil selembar
daun yang masih basah lalu membelahnya menjadi dua bagian, yang
masing-masing bagian diletakkan di atas kedua kuburan tersebut.
Para
sahabat yang melihat hal tesebut lantas bertanya kepada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengapa beliau melakukan hal itu, maka
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Semoga Allah meringankan siksaan kedua orang ini sebelum daun itu mengering”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa mereka disiksa
bukan karena perbuatan dosa yang sangat besar, karena juga dijelaskan
dalam riwayat yang lainnya di dalam Shahihul Bukhari bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan bahwa hal tersebut bukanlah perbuatan dosa yang sangat besar, lantas beliau terdiam dan kemudian berkata : “akan tetapi termasuk dosa besar”,
maka untuk mempermudah pemahaman dari hadits tersebut adalah bahwa
perbuatan itu bukanlah termasuk dosa yang sangat besar seperti syirik,
membunuh, berzina dan yang lainnya, namun hal tersebut termasuk dosa
besar di sisi Allah subhanahu wata’ala, dan perbuatan tersebut sering
dan banyak diremehkan oleh orang.
Perbuatan dosa yang dilakukan kedua penghuni kubur itu adalah:
Pertama,
tidak menutupi aurat ketika membuang air kecil, yaitu membuang air
kecil di hadapan orang lain. Mungkin anak kecil yang belum baligh masih
banyak yang membuang air kecil dihadapan orang, namun seorang anak yang
sudah baligh seharusnya tidak memperbuat hal tersebut, maka selayaknya
bagi setiap orang tua untuk mengajari anak-anaknya agar tidak membuang
air kecil sembarangan hingga terlihat auratnya oleh orang lain, dan
aurat tidak boleh terlihat bukan hanya ketika membuang air kecil saja
namun dalam segala keadaan.
Kedua, adalah banyak mengadu domba orang lain (namiimah), menukil ucapan Hujjatul Islam Al Imam An Nawawi bahwa makna “Namiimah”
adalah menyampaikan ucapan orang kepada yang lainnya kemudian
memunculkan kebencian antara satu dengan yang lainnya, sehingga mereka
saling bermusuhan akibat perbuatan tersebut. Maka tentunya Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melihat bahwa kedua orang penghuni kubur
tersebut adalah ummat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang sedang
ditimpa kesulitan di dalam kubur mereka, dan beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam tidak rela hal itu terjadi atas ummatnya.
Akan
tetapi meskipun mereka telah berbuat dosa namun masih tetap diberi
syafaat oleh beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, yaitu dengan
meletakkan daun di atas kedua kubur tersebut agar diringankan siksa
kubur mereka sebelum daun itu mengering. Maka hadits ini menjadi dalil
bahwa syafaat nabi Muhammad shallalahu ‘alaihi wasallam tidak hanya ada
ketika di hari kiamat saja, namun syafaat beliau shallallahu ‘alaihi
wasallam juga bisa terjadi di alam barzakh (kubur) bahkan di alam
dunia, karena beliau sangat peduli terhadap ummatnya dan tidak rela
jika kesulitan menimpa mereka, dimana segala sesuatu yang membuat
ummatnya sulit atau dalam masalah, maka hal tersebut juga membuat
beliau shallallahu ‘alaihi wasallam merasa sulit. Sebagaimana firman
Allah subhanahu wata’ala :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)
bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.”
( QS. At Taubah : 128 )
Jika
diantara kita tertimpa kesulitan atau musibah, maka hal itu juga akan
memberatkan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau
sangat menjaga ummatnya dengan tuntunan-tuntunan mulia beliau agar
terjauhkan dari segala kesulitan baik di dunia atau di akhirat, begitu
juga dengan doa-doa beliau shallallahu ‘alaihi wasallam untuk ummatnya
dari zaman beliau hingga di akhir zaman, serta dengan syafaat kubra
kelak di hari kiamat. Inilah indahnya nabi kita, yang paling peduli
kepada kita, di saat semua kekasih kita melupakan kita, orang-orang
yang mencintai kita akan meninggalkan dan melupakan kita jika mereka
bukanlah termasuk orang-orang yang shalih, namun nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam tidak akan pernah melupakan ummatnya
selama mereka masih mengakui kalimat syahadat :
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهَ مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ الله
“ Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah”
Meskipun
barangkali diantara mereka masih ada yang akan melewati kehidupan yang
sulit kelak di akhirat, namun kesulitan itu tidak akan abadi karena
semua kesulitan ummat ini akan berakhir dengan syafaat nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita berharap agar semua kesulitan kita
di dunia dan di akhirat termudahkan dengan syafaat nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Dijelaskan
dalam riwayat Shahihul Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda seraya menunjuk kepada gunung Uhud :
إِنَّ أُحُدًا جَبَلٌ يُحِبُّنَا وَنُحِبُّهُ
“ Sesungguhnya Uhud adalah gunung yang mencintai kami, dan kami pun mencintainya”
Gunung
Uhud hanyalah tumpukan batu namun ternyata juga mencintai sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan cintanya dijawab oleh beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam, maka terlebih lagi cinta kita kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam seharusnya melebihi cinta gunung
Uhud itu, dan kepedulian kita terhadap beliau dan dakwah beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam akan berganti dengan cinta beliau
shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita, serta limpahan anugerah dari
Allah subhanahu wata’ala berupa kemuliaan-kemuliaan yang Allah berikan
untuk kita dalam kehidupan dunia yang dari sana akan muncul kemuliaan
dalam kehidupan akhirat kelak, insyaallah.
Dan
layak kita fahami bahwa dalam kehidupan ini, kita telah mendapatkan
anugerah besar yang berupa kalam Allah subhanahu wata’ala, yaitu Al
qur’anul Karim yang merupakan surat kasih sayang Allah yang menuntun
kita untuk mencintai dan dicintai Allah subhanahu wata’ala yang dibawa
oleh sang pembawa Al qur’an sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, dimana Al quran itu berisi kalimat-kalimat suci dari Allah
subhanahu wata’ala yang layaknya menerangi hari-hari dalam kehidupan
kita, layaknya menerangi bibir kita, layaknya menerangi rumah-rumah
kita, dan selayaknya menerangi jiwa-jiwa kita. Namun saat ini lihatlah
bagaimana keadaan rumah-rumah kita, barangkali di sebagian rumah telah
berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan tidak terdengar suara lantunan
kalimat-kalimat Allah dibacakan, tidak ada orang yang membaca Al qur’an
di dalamnya, padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إِنَّ اَلْبَيْتَ الَّذِيْ يُقْرَأُ فِيْهِ اْلقَرْآنُ يَتَرَاءَى
لِأَهْلِ السَّمَاءِ كَمَا تَتَرَاءَى النُّجُوْمُ لِأَهْلِ اْلأَرْضِ
“
Sesungguhnya rumah yang didalamnya dibacakan Al quran maka akan
terlihat oleh penduduk langit (malaikat) sebagaimana terlihatnya
bintang-bintang oleh penduduk bumi”
Rumah-rumah
yang didalamnya dibacakan Al qur’an tampak terang benderang oleh
penduduk langit, maka bagaimanakah keadaan rumah-rumah kita, apakah
terlihat gelap seperti gelapnya malam, ataukah terlihat berpijar
seperti bintang dan terlihat indah dari langit oleh para malaikat
Allah. Maka terangilah rumah-rumah kita dengan Al qur’an, terangilah
bibir-bibir kita dengan kalimat-kalimat Allah subhanahu wata’ala.
(Disunting dari ceramah Habib Munzir al-Musawa dalam majelisnya di Masjid al-Munawwar Pancoran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar